![]() |
Untuk Para JM dan Semua Yang Bersaudara Denganku |
Tebal Ebook : 32 Halaman
Bahasa : Indonesia
Terdiri dari dua puluh bagian cerita. Sampeyan bakal dibikin tertipu matang-matang ketika memasuki cerita bagian pertama, Tiga Negeri Poligami. Tulisan tersebut masih membawa kita pada percakapan si ‘aku’ bersama Yai Sudrun. Percakapan tersebut seputar poligami yang memang poligami.
Namun setelahnya, sampeyan bukannya disuguhi apa itu poligami dan salah benarnya soal poligami. Sampeyan malah akan disuguhi betapa perdebatan penduduk di negeri si ‘aku’, menyoal poligami, begitu pelik dan tidak pernah cukup mendalam hingga tidak juga berujung.
Pada cerita-cerita berikutnya, sampeyan justru akan makin disuguhi kelembutan-kelembutan yang mestinya memang gambaran proses diri dari si tokoh ‘aku’. Tulisan cak Nun pada tulisan-tulisan berikutnya bukan lagi seperti tulisan-tulisannya di awal sembilan puluhan. Justru sampeyan akan menemukan ramuan tulisan yang penuh cinta, lurus akan tetapi tetap nyelentik.
Pada bagian cerita Manajemen Kentrung misalnya. Makin jelas jika yang dimaksud istri dalam Istriku Seribu, bukanlah perempuan bermata, berhidung, yang memiliki rahim, yang lantas bisa sampeyan poligami atau suruh macak sekalian manak. Istri yang dimaksud dalam buku tersebut, justru malah merupakan gambaran jamaah yang mesti diramut.
Dalam Manajemen Kentrung, juga digambarkan betapa tidak mudah menjadi ‘aktor’ intelektual atas sebuah ide besar, tanpa perasaan ingin menampakkan diri di depan publik. Semua orang memiliki rasa ingin tampil.
Namun setelahnya, sampeyan bukannya disuguhi apa itu poligami dan salah benarnya soal poligami. Sampeyan malah akan disuguhi betapa perdebatan penduduk di negeri si ‘aku’, menyoal poligami, begitu pelik dan tidak pernah cukup mendalam hingga tidak juga berujung.
Pada cerita-cerita berikutnya, sampeyan justru akan makin disuguhi kelembutan-kelembutan yang mestinya memang gambaran proses diri dari si tokoh ‘aku’. Tulisan cak Nun pada tulisan-tulisan berikutnya bukan lagi seperti tulisan-tulisannya di awal sembilan puluhan. Justru sampeyan akan menemukan ramuan tulisan yang penuh cinta, lurus akan tetapi tetap nyelentik.
Pada bagian cerita Manajemen Kentrung misalnya. Makin jelas jika yang dimaksud istri dalam Istriku Seribu, bukanlah perempuan bermata, berhidung, yang memiliki rahim, yang lantas bisa sampeyan poligami atau suruh macak sekalian manak. Istri yang dimaksud dalam buku tersebut, justru malah merupakan gambaran jamaah yang mesti diramut.
Dalam Manajemen Kentrung, juga digambarkan betapa tidak mudah menjadi ‘aktor’ intelektual atas sebuah ide besar, tanpa perasaan ingin menampakkan diri di depan publik. Semua orang memiliki rasa ingin tampil.
BACA ONLINE | Emha Ainun Nadjib
"jika link download
bermasalah tolong tinggalkan komentar"
0 Comments